Tuesday, February 19, 2013

Sang Dewi

Dear, Dewi...

Malam ini, aku ingin sejenak melayangkan kenangan pada satu masa. Masih sangat jelas terbayang bagaimana kekenesanmu dulu. Gadis cilik berrambut panjang dan hitam lebat. Menjadi teman yang menyenangkan sejak  kecil.

Teman sebangku sejak memasuki kelas pertama di Sekolah Dasar hingga di bangku kelas enam. Dulu, kamu sering membisikiku jawaban saat Ibu guru di kelas satu membuat teka-teki baca. Yap, aku tak secepat kelihaianmu membaca saat kelas satu dulu. Sejak itu, tanpa kita sadari, kita saling mensupport, beriringan dalam prestasi belajar.

Oh ya, dulu kita pernah membuat masalah saat masih di kelas satu (sebenarnya aku yang bermasalah, hehe). Suatu hari, saat kita berdua selesai mengerjakan ujian, kita pun keluar kelas, bersama beberapa teman lainnya. Ada seorang teman laki-laki yang jail mengejek kita, membuatku naik pitam, melayanglah batu kecil dari tanganku ke arah teman kita, kemudian darah pun menetes dari  keningnya karena terkena lemparan batu, hihi.. Masih ingat kejadian itu kah? :D

Masa kecil kita yang dibayangkan sekarang ini, ternyata lucu, juga wagu dengan aroma cinta monyet, nge-gank, dan hal-hal lain yang terasa konyol saat ini. Ah, enam tahun rasanya terlalu singkat jika diulang dalam semalaman. Banyak kenangan, yang tentunya tak mudah dilupakan.

Kau adalah Sang Dewi...

Perjalanan studi kita berbeda saat lulus dari Sekolah Dasar. Aku haru berpindah kota, dan kamu tetap bertahan di kota kita. Sesekali kita membuat janji bertemu saat aku pulang ke rumah, sekedar bertukar cerita, pengalaman, dan kembali saling memupuk harapan kesuksesan.

Dan kau masih Sang Dewi...

Pada saatnya, kita naik jenjang pendidikan, menjadi siswi berseragam putih abu-abu. Aku bertahan di kota rantau dan kamu bertahan di kota kita. Aku senang saat kamu bercerita telah memakai jilbab di Sekolah Menengah Atas...

Surprise yang aku terima darimu pada masa putih abu-abu adalah saat kamu datang ke sekolahku dan masih berseragam sekolah. Membingkiskan sebuah kado ulang tahun untukku, sebuah jilbab. Saat itu kamu bilang, jangan dilihat dari fisik jilbabnya karena jilbab yang kamu berikan padaku bukanlah baru, tapi jilbab itu adalah yang kamu beli pertama kali dengan uangmu sendiri. Aku sangat senang, it’s really appreciated :)

Di akhir perjalanan putih abu-abu,  jiwaku terjatuh atas kepulangan Bapak dulu. Kamu datang dengan Mama, memberikan senyuman penyemangat, bahwa aku tak boleh larut dalam kesedihan, life must go on... sangat membahagiakan menjadi sahabatmu...

Kita kembali meneruskan perjuangan masing-masing di bangku kuliah. Aku semakin menjauhkan raga dari kota kita, dan kamu move on dari kota kita juga akhirnya, hehe... komunikasi kita masih berjalan via sms, sosmed, walaupun kita sudah jarang bertemu.

Kau tetaplah Sang Dewi...

And look now... Kamu sudah lulus kuliah dengan ijazah strata satu dan menjadi seorang yang digugu dan ditiru, satu langkah lebih dulu dariku. Kemarin aku baru saja menyusun rencana ingin menyambangimu ke Purbalingga, tempatmu mengajar,  sambil ngupret berwisata, hehe, ternyata kamu sudah tak lagi di sana, dan kembali ke kota kita... Kapan terakhir kali kita bertemu? Kapan ya kita ketemu lagi, Wi? :)

20 Februari esok, usiamu sama denganku, setelah sebulan yang lalu aku mendahuluimu, hehehe...
nyomot dari watsap haha
Selamat ulang tahun, Sang Dewi...
Semoga sayapmu semakin kuat untuk mengepak di langit kehidupan...

No comments:

Post a Comment