Thursday, February 28, 2013

Hop... Hope... Hopes...

Satu-satunya bulan dalam setahun yang prematur adalah Februari, untuk bertemu tanggal 1 Maret tidak perlu melewati 31 bahkan 30 hari sekalipun. Mendapat bonus sehari rasanya sudah untung, tanggal muda adalah saatnya bercinta... hahaha... 

Kali ini bukan masalah tanggal muda atau tua. Doa dan harapan akan selalu ada, mengemis Pada Sebaik-baiknya Pemberi. Di akhir bulan ini, aku ingin menuliskan beberapa harapan, benar-benar harapan, berharap terwujud di bulan setelah Februari ini..
  • Ibuk selalu sehat jasmani rohani, serta diberi kesempatan untuk lebih kuat dalam mendidik anak-anaknya, pun anak-anak orang lain 
  • Aida sehat dari sakitnya, sembuh buh buh... biar kembali nyaman dan senang belajarnya 
  • Mba Nita dimudahkan urusan perpindahan kerja ke Jepara dan dimudahkan urusan pedekate pada jodoh dari-Mu 
  • Mas Oni menjadi guru yang baik 
  • Arif, ga galau-galauan en ngedumel lagi di pe-em bbm, pesbuk, dan dunia maya kamar manapun 
  • Mbah Rayi sehat dan bisa kembali berjalan dengan kedua kakinya
  • Rika diberi amanah keturunan yang baik
  • Sari, berat badannya naik secara signifikan
  • Mba Halime juga diberi amanah keturunan yang baik
  • Om Zombie baik padaku... 
Kabulkan yaa, Allah... pleaseee

Terima kasih untuk 28 hari di Februari tahun ini... :)

to love you more *not a song

Malam Jum’at, selalu ada kerinduan yang hebat,
Ingatan tentangmu pun semakin dahsyat.
Seperti alarm yang berbunyi sebagai pengingat.
Bersuara membisikkan segala kenangan tanpa tamat. 

Kita pernah bertemu di satu ruang, tak ada kebahagiaan yang terbuang.
Kau hadirkan kedamaian seakan tak ada bimbang yang harus ditimang.
Semua begitu indah dalam balutan kasih sayang. 

Kau dimana, Sayang? 
Saat tak ada lagi ragamu,
Aku pun merindukan mengunjungi sebuah batu... 

There’s nothing i wouldn’t do to hear your voice again, to see you again, to touch n hug you more...

Saturday, February 23, 2013

Tulus itu Ya...

Apa yang kita berikan tidak harus sebanding lurus dengan apa yang kita terima. Itu rumus untuk kita jika tujuan memberi adalah mengharap balas. Memberi sedikit, mendapat sedikit. Memberi banyak, mendapat banyak. Memberi sedikit, mendapat banyak. Memberi banyak, mendapat sedikit. Semuanya serba mungkin.

Jika kita menghadirkan ketulusan saat memberi tanpa ada harapan sebuah balasan, maka apa yang akan kita dapatkan adalah kepuasan hati (itu yang pertama), bahagia bisa memberikan apa yang sepantasnya kita berikan, sekecil apapun itu. Selanjutnya, kita akan mendapat kejutan, sebuah balasan yang tak terduga, bisa lebih besar, sebanding, atau bahkan lebih simple dari apa yang sudah kita berikan. Tapi apapun yang dianggap balasan dari pemberian bukanlah sebuah masalah jika kita benar-benar tulus. Dan jika pun kita tidak menerima sesuatu setelah memberi, itu juga sama sekali bukan masalah karena kita tidak mengharap sebuah balasan.

Dan tulus itu ya... ya biar jadi urusanku dengan Tuhanku, tanpa kamu harus tahu, tanpa aku harus bertutur padamu...

Rectoverso _ a film

Terkadang dan memang tak jarang, cinta yang benar-benar tulus sebenarnya ada tak jauh dari kita, ada di wilayah oksigen yang sama kita hirup. Namun, seringkali kita tidak menyadarinya, tidak pernah, atau ungkin terlambat menyadari karena tidak semua cinta mampu terucap.

Cinta yang tak terucap adalah Rectoverso. Dalam bentuk visualnya, karya Dee ini disajikan secara epik, bukan end to end dari satu cerita ke cerita yang lain. Film ini  merupakan penggabungan lima kisah dengan penggalan-penggalan yang rapi.

Kalau penasaran akan penggambaran seorang autism yang menemukan kenyamanan saat bersama seseorang, kemudian rasa yang ia punya tak mungkin bertepuk karena urusan lain hati, cerita Malaikat Juga Tahu yang akan menyayatmu. Perhatian dan kebaikan yang diberikan pada seorang autism, bisa menumbuhkan cinta yang tulus darinya sehingga apa yang ia terima tak ingin dilepasnya. Seratus yang ia lihat, bagi seorang autism, hanya satu yang sempurna.

Sebuah tanda yang datang menjadi Firasat tentang apa yang akan terjadi. Tidak semuanya mampu menerima kelebihan itu dengan hati lapang jika apa yang difirasatkan adalah benar terjadi. Kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang tidak diinginkan. Firasat akan kehilangannya, diliputi rasa takut yang menghantui sekiranya masih wajar, tapi keinginan membatalkan takdir Tuhan dengan apapun cara manusia Tuhan lah yang lebih berkuasa. Kematian adalah hal yang dirahasiakan Tuhan, pun untuk nyawa sendiri.

Kesan pertama yang diberikan seringkali membekas lama, seperti bekas luka. Cicak-Cicak di Dinding. Cicak, bagi orang lain menjijikkan, bagi yang lain lagi dibilang lucu, yang lainnya menganggap cicak itu menyenangkan karena nyamuk yang ditangkapnya tak akan menggigit kulit halus manusia. Bagi seseorang di kisah ini, dia bersedia menunggu lama seekor cicak yang ia lihat hanya sekali, saat pertama kali bertemu. Pada akhirnya, penantiannya itu dijawab dengan garis cinta yang lain dan memberikan luka.

Sahabat adalah orang yang rela berkorban mungkin  mati-matian agar kita bahagia. Mendengar semua keluh kesah atau canda tawa yang kita bagi dengannya adalah cara dia menjaga kita, tanpa harus menceritakan kepada kita apa yang dialaminya. Terkadang kita acuh, hanya ingin didengar, tanpa ingin mendengar. Hingga terasa terlamabat bagi kita untuk menyadari bahwa yang selama ini selalu ada dan mengerti kita adalah sahabat kita sendiri, bukan aktor-aktor yang kita ceritakan kepada sahabat kita. Curhat Buat Sahabat.

Rasa simpati bahkan jatuh hati pada seseorang, tidak semua orang mampu mengungkapkannya. Sebatas mengirimkan sinyal, tanda, atau isyarat kepada yang dia cintai. Hanya Isyarat. Ratusan isyarat yang diberikan adalah nihil, berbanding lurus dengan orang yang sama sekali tidak menginginkan dirinya jatuh cinta. Biar hanya mengagumi dan memiliki dari jauh, itu lebih dari cukup.

Yah, cinta yang tulus itu kepada jiwa bukan hanya raga, dengan jiwa bukan hanya dengan hati. Sempurna kelihatannya jika apa yang kita cintai dengan begitu menjadi lebih dekat dengan kita, memilikinya. Tapi pilihan yang lain adalah cukup memeluknya dengan kebahagiaannya sendiri, meski tak harus memiliki, bahkan dengan tak mengucapkannya.

Jika kamu mempunyai cinta yang tak terucap, biarlah cintamu semakin tulus dengan membiarkannya bahagia dengan caranya sendiri. Mungkin... :)

Tuesday, February 19, 2013

Sang Dewi

Dear, Dewi...

Malam ini, aku ingin sejenak melayangkan kenangan pada satu masa. Masih sangat jelas terbayang bagaimana kekenesanmu dulu. Gadis cilik berrambut panjang dan hitam lebat. Menjadi teman yang menyenangkan sejak  kecil.

Teman sebangku sejak memasuki kelas pertama di Sekolah Dasar hingga di bangku kelas enam. Dulu, kamu sering membisikiku jawaban saat Ibu guru di kelas satu membuat teka-teki baca. Yap, aku tak secepat kelihaianmu membaca saat kelas satu dulu. Sejak itu, tanpa kita sadari, kita saling mensupport, beriringan dalam prestasi belajar.

Oh ya, dulu kita pernah membuat masalah saat masih di kelas satu (sebenarnya aku yang bermasalah, hehe). Suatu hari, saat kita berdua selesai mengerjakan ujian, kita pun keluar kelas, bersama beberapa teman lainnya. Ada seorang teman laki-laki yang jail mengejek kita, membuatku naik pitam, melayanglah batu kecil dari tanganku ke arah teman kita, kemudian darah pun menetes dari  keningnya karena terkena lemparan batu, hihi.. Masih ingat kejadian itu kah? :D

Masa kecil kita yang dibayangkan sekarang ini, ternyata lucu, juga wagu dengan aroma cinta monyet, nge-gank, dan hal-hal lain yang terasa konyol saat ini. Ah, enam tahun rasanya terlalu singkat jika diulang dalam semalaman. Banyak kenangan, yang tentunya tak mudah dilupakan.

Kau adalah Sang Dewi...

Perjalanan studi kita berbeda saat lulus dari Sekolah Dasar. Aku haru berpindah kota, dan kamu tetap bertahan di kota kita. Sesekali kita membuat janji bertemu saat aku pulang ke rumah, sekedar bertukar cerita, pengalaman, dan kembali saling memupuk harapan kesuksesan.

Dan kau masih Sang Dewi...

Pada saatnya, kita naik jenjang pendidikan, menjadi siswi berseragam putih abu-abu. Aku bertahan di kota rantau dan kamu bertahan di kota kita. Aku senang saat kamu bercerita telah memakai jilbab di Sekolah Menengah Atas...

Surprise yang aku terima darimu pada masa putih abu-abu adalah saat kamu datang ke sekolahku dan masih berseragam sekolah. Membingkiskan sebuah kado ulang tahun untukku, sebuah jilbab. Saat itu kamu bilang, jangan dilihat dari fisik jilbabnya karena jilbab yang kamu berikan padaku bukanlah baru, tapi jilbab itu adalah yang kamu beli pertama kali dengan uangmu sendiri. Aku sangat senang, it’s really appreciated :)

Di akhir perjalanan putih abu-abu,  jiwaku terjatuh atas kepulangan Bapak dulu. Kamu datang dengan Mama, memberikan senyuman penyemangat, bahwa aku tak boleh larut dalam kesedihan, life must go on... sangat membahagiakan menjadi sahabatmu...

Kita kembali meneruskan perjuangan masing-masing di bangku kuliah. Aku semakin menjauhkan raga dari kota kita, dan kamu move on dari kota kita juga akhirnya, hehe... komunikasi kita masih berjalan via sms, sosmed, walaupun kita sudah jarang bertemu.

Kau tetaplah Sang Dewi...

And look now... Kamu sudah lulus kuliah dengan ijazah strata satu dan menjadi seorang yang digugu dan ditiru, satu langkah lebih dulu dariku. Kemarin aku baru saja menyusun rencana ingin menyambangimu ke Purbalingga, tempatmu mengajar,  sambil ngupret berwisata, hehe, ternyata kamu sudah tak lagi di sana, dan kembali ke kota kita... Kapan terakhir kali kita bertemu? Kapan ya kita ketemu lagi, Wi? :)

20 Februari esok, usiamu sama denganku, setelah sebulan yang lalu aku mendahuluimu, hehehe...
nyomot dari watsap haha
Selamat ulang tahun, Sang Dewi...
Semoga sayapmu semakin kuat untuk mengepak di langit kehidupan...

Sunday, February 17, 2013

Amazing Ca...

Secara hitungan umur, kami ga begitu jauh selisihnya. Kami lahir di tahun yang sama, hanya saja aku empat setengah bulan lebih tua darinya. Bertemu di salah satu rumah pendidikan, yang juga menempakan ajaran kehidupan. So nice to met her here

I called her; Cangi 

Kedekatan kami bermula dari kamar kami yang bersebelahan, ‘anak kecil’ ini dulu sering sekali menyajikan mie dan telur ceplok untuk perutnya. Seperti tak ada kebosanan dengan lauk favoritnya ini, dan memang karena dia itu moody, termasuk harus mikir mau makan apa :p Akhirnya, kami menjadi kawan makan yang harus saling mengingatkan. Dan ternyata, nasi bungkus two in one pun membuahkan kedekatan emosi berwujud persaudaraan.

Kami pun sadar, bahwa sepatutnya kami tak hanya saling memperhatikan kesehatan fisik, namun juga kesehatan jiwa, hahaha... Teman berbagi cerita, tawa, tangis, ide, berbagi jawaban ujian, hingga berbagi receh, dan lain sebagainya :D 

Namanya dua kepala yang berbeda, pastinya ada kesempatan untuk  tertimpa masalah. Bersikeras dengan pikiran masing-masing, sama-sama keras kepala, sama-sama cethek ati, yaaah... tapi untungnya ga lama kalau harus nesunan :D Seringnya sih dia yang ngalah, hehehe... Kurang baik apa coba anak ini? 

Beginilah persaudaraan yang terjalin di luar garis darah keturunan. It’s exactly amazing. Menjadi bagian di keluarganya, dan keluargaku. 

Banyak yang bilang kalau kami itu... mirip, kembar katanya. Awalnya, aku pikir teman-teman yang bilang kita kembar itu karena faktor keseringan, hehehe... sering bareng, liatnya berdua aja, jadinya keliatan mirip. Ternyata, saat kita di luar dan bertemu orang asing yang juga baru liat, kita juga dibilang kembar. Pernah suatu saat kita sedang di angkot bersama beberapa ibu yang pulang dari berbelanja, ibu itu menyapa, “Kembar, ya?” Saat di tukang permak jahit, si Abang juga bilang, “Kok mirip?!” Pernah juga saat kami berdua berdiri di antara penumpang Lima Sepuluh yang lain, ada anak kecil bilang, “Kakaknya kembar.” Even, her sister told me that i’ve similar face with her saat aku ngupret ke rumahnya. Ohya, Ibuku dan adikku juga pernah menilai kalau aku mirip dengannya saat lihat foto berdua kami. 

Yah, untungnya dia ga protes saat dimiripkan denganku :D Siapa tahu dia memendam benci atau jengkel lah minimal dibilang mirip, hahaha... 

Sudah lebih dari seribu malam aku hidup seatap dengannya. Dan kebersamaan kami di Rumah Sunnah ini tak akan lama lagi. Tuntutan masa depan masing-masing, cepat atau lambat, kini atau nanti, pasti akan mengantarkan kita ke hari dimana kita harus melangkah berlainan arah (huuuuaaaa, sedih ngebayanginnya :’( ) Meski harus memohon berkali-kali agar Tuhan menangguhkan waktunya, saat itu pasti akan datang meski memang masih entah.
Ca... Bagiku, Sebaik apapun persiapannya, perpisahan adalah bagian dari kehilangan. Yes, i’ll miss you to be with me. Meski berkali-kali menyadarkan diri bahwa kita masih berada di dimensi waktu yang sama, bahwa kita hanya berjarak, bahwa kita hanya tak mampu untuk slalu berraga dekat, rasanya... aku akan kehilangan banyak ritual yang biasa kita lakukan bersama...
Semoga aku senantiasa mengingatmu dan kamu slalu mengingatku... Terima kasih, terima kasih, terima kasih... untuk mau menjadi yang tak hanya melihatku, tapi juga memahamiku...
 Thanks God, for the occasion to know her...

Friday, February 15, 2013

Before Sunset

Terima kasih, Allah,,,
Untuk waktu menjemput senja ini
Dengan rahmat yang selalu Kau dekapkan erat
Aku masih mendapat jatah usia hingga kini
Esok, saat kembali menyapa mentari
Itu tak lain adalah karunia-Mu yang tak bertepi...
Langit sebelum senja, Pis-Bar 15 Februari 2013

Tuesday, February 12, 2013

Pulang Itu Yaa..

Entah pulang, entah pergi,
semuanya adalah menuju rindu
Pulang kampung  anak rantau yang masih berstatus mahasiswa memang tidak serajin seorang Ibu yang merantau sendiri, berpisah dengan keluarganya. Mempunyai kesempatan pulang kampung adalah hal yang sangat menyenangkan. Jauh hari, seminggu sebelum pulang kampung, rasanya waktu berjalan sangat lambat karena hari H kepulangan sungguh diarep-arep.

Setelah Lebaran 2012, aku mempunyai kesempatan pulang 2 kali hingga sekarang ini. Menjelang Natal tahun 2012, aku seperti orang langka yang kemudian menemukan banyak kawan sejagat. haha... Reuni di sebuah resepsi pernikahan seorang kawan. Jadi tersadar, ternyata umurku tak semuda dulu, kita sudah cukup lama tak bertemu.. :D
Ada banyak bagian cerita masa lalu yang seketika datang melihat wajah-wajah lama yang semakin cantik :)

Kesempatan pulang kedua setelah Lebaran adalah akhir pekan kemarin, bertepatan dengan wisuda my big broth. Terpilih menjadi pemegang undangan yang bisa masuk gedung wisuda bersama Ibu, menyaksikan prosesi wisuda, karena anak mbarep Ibu sedang memenuhi panggilan pembantaian dalam sebuah kantor, haha

Hari itu aku kembali menyaksikan kebahagiaan orang tua atas kesuksesan anak-anaknya :)

Di tengah acara, aku keluar ruangan demi mencari sapiyan Ibuk yang ga bisa dihubungi. Setelah muter-muter dan dibikin bingung, akhirnya aku menemukan gerobak keluarga kami -yang anak batal ragil itu sedang asik sama mainan barunya, haha-. Wealah nggeer nggeeer...

Ada untungnya juga, karena aku bisa latihan njepret sambil menunggu acara selesai dan menunggu kedatangan anak mbarep.

Acara wisuda pun selesai, anak mbarep juga sudah datang. Hari itu, bertemu dengan priyayi-priyayi yang sungguh berhati baik menjadi motivasi untuk selalu melakukan hal-hal baik. Semoga Allah memanjangkan umur njenengan :)
Congrats, Dude :)
Minus Ragil :(

mbalung di sop pak min setelah wisudaan haha
Manaqiban, bentuk rasa syukur
Dan kepulangan kali ini sungguh membahagiakan karena bisa berkumpul bersama beberapa keluarga. Menciptakan keharmonisan.

Ragil... Apa kabarmu di pesantren? Semoga ada kesempatan untukku rajin pulang, biar bisa ketemu, :)
Ziarah makam Bapak
Hanya semalam, tak lama, tapi kemudian memupuk rindu yang menyenangkan untuk dinikmati. Trima kasih untuk kehangatan yang selalu ada di keluarga ini. Meski harus dapet oleh-oleh memar di lutut karena ketatap pintu travel, aku ga akan bosan pulang, haha

Dan siapa sangka, di kereta Ekonomi AC yang aku dan mba Nita tumpangi, kami bertemu tetangga yang sudah lama tak jumpa. Seorang wanita karir yang merantau ke Jakarta, konsekuensinya adalah rajin pulang seminggu sekali untuk melepas rindu pada anak dan keluarga kecilnya. Semoga segera diberikan tempat berkumpul :)

Yah... Pulang itu yaaa... menyenangkan, sangat menyenangkan, sungguh.

Pengamen Jalan

Tak biasanya aku turut menjadi penumpang Kopaja AC, tapi siang itu karena cuaca yang sangat panas dan Ciputat tak bersahabat, kuputuskan untuk merogoh goceng dan menumpangi Kopaja AC. Beberapa kursi masih kosong, kursi paling depan yang kosong kuhampiri. Mengambil tempat dekat jendela adalah kesukaanku dalam setiap perjalanan.

Tak lama kemudian, ada pengamen yang jalan dari arah kursi belakang, menyandar pada kursi sopir, bersiap unjuk kebolehan. Tiba-tiba ada anak kecil yang digandeng Ibunya, kemudian duduk disampingku. "Udah biarin duduk sini ya, Mas. Nge-fans ini sama masnya." Ujar sang Ibu sambil menatap pengamen tadi.

Anak kecil itu memperhatikan Mas pengamen tadi, gerak tangan yang memetik gitar, hentakan kaki mengikuti irama, dan sorot mata yang sesekali seolah mengajak bicara si kecil. Dia tersenyum kemudian bertepuk tangan, jongkok tepat di depan kaki Mas pengamen, kembali duduk di sebelahku. Ada dunia di kepalanya.

Pemandangan sangat mengesankan, Mas pengamen yang baik, sangat humble saat kuperhatikan dia mengajak si kecil berbicara dengan lagu yang dibawakan.

And so I cry sometimes when I'm lying in bed
Just to get it all out, what's in my head
And I, I am feeling a little peculiar
And so I wake in the morning and I step outside
And I take deep breath and I get real high
And I scream from the top of my lungs,
Whats going on...
Lagu itu selesai dinyanyikan, si kecil kembali ke pangkuan Ibu dan Mas pengamen turun setelah mendapat apresiasi dari pendengar.

Sepanjang perjalanan, si kecil bermain dengan jari-jarinya yang didialogkan. Kemudian menerawang ke luar jendela, entah apa yang dibayangkan, atau entah apa yang direncanakan. Sampai ia turun bersama Ibunya, aku tak tahu dunia macam apa yang ada di kepala si kecil. Dan Mas pengamen tadi, entah sudah ada di mana...

Thursday, February 7, 2013

Tangkuban Perahu _ sebentar saja

Paris Van Java, 1 Desember 2012
Satu momentum pembelajaran... Terima kasih untuk selalu mengerti dan memahami, sehingga slalu mengertikan dan memahamkanku.

Ah... Bandung

Sushi dan HI

Djekardah, 02022013
sushi Tei
dynamite roll *love struck*
Bundaran HI
Plaza Indonesia
stay cool 8)
nyitnyit
i proud to be with you, haha

All photos by Motorola Fire XT 530. Dan kemudian 3 Februari sore hari, Mas Ola pergi direbut orang. Semoga segera dapat ganti, Nyit :)

Family Gathering :D

Popongan - Klaten, 12-13 Januari 2013

Home Sweet Home
Anak Mantu dan dua anak terakhir yang koperatif :D
Pasukan Jongkok
OMAC (Objek wisata Mata Air Cokro)
hanya nampak dari jauh :'(
Bakso Pawiroredjo, Klewer
yang nampak juga bukan warungnya :(
hanya semangkok bakso yang hampir habis, Boboho dan Emaknya :D
Menyenangkan berada di tengah kalian, seperti menjadi bagian. Syukron awiy, keluarga Popongan :)

Friday, February 1, 2013

Ruang Rindu (Bukan Judul Lagu)

Sore ini di tempat yang tak biasa, pertama kali aku kunjungi, meja kerja anak mbarep Bapak-Ibuk. Mengacak-acak Mengembara di kebun catatannya, memanen kenang dan angan. Seketika rindu, pake banget, pada apapun dan siapapun yang ditulisnya. Bapak, Ibu, Mbah Rayi, Mas, Adik2, dan semua yang kukenal.

Hari ke-32 tahun 2013. Banyak harapan dan doa yang terus kulangitkan, dan terus kuharap tepuk-Nya. Tak ada harapan yang -sengaja- buruk, kalaupun tak bertepuk, rumusnya adalah; bisa jadi apa yang kau suka bukan suatu yang baik untukmu. Dia punya banyak kejutan.

Jagalah dia, dia, dia... Karena jarak tak memungkinkanku selalu berraga di sisinya.
Selamat sore, Feb...