Friday, March 29, 2013

Keberjarakan Raga

Ujung Maret adalah masa-masa hati kritis karena bakal ditinggal saudara kandung pulang kampung. Hahaha... Rasanya sedih campur seneng. Sedih karena keberjarakan ini adalah bagian dari kehilangan, ga ada lagi tempat pelarian dari bete (ops :D), kabur berdua, karaokean, nonton, ciblungan, makan-makan, jalan-jalan, duduk-duduk, sambil tangis-tangisan, uring-uringan, guyon-guyonan... dan liya-liyane. Senang, karena pada waktunya (ya sekarang ini) kamu bisa pulang, mendekatkan raga pada Ibu dan keluarga di rumah.

Matur nuwun sanget... telah menemaniku di atap kota yang sama. Nganter aku pertama kali nyantri di pinggiran Jakarta, ngrumati aku saat sakit, jadi donatur tetap tiap bulan, ngajari banyak hal tentang hidup; termasuk makan film dan ngunyah makanan aneh haha, lan sakliya-liyane.

Nyuwun pangapunten ingkang katah, selama ngrumati aku di sini pasti aku banyak salah. Suka ngrepotin, marah-marah, nggawe jengkel, dan lain-lain juga. Yah, ga lain semua itu karena kita ga selalu bisa sepaham, menyamakan kepala. Keberjarakan raga setelah ini ga memutus tali silaturrahim kita 'kan, Nyit? hahaha...

Yang ikhlas yaa untuk kepindahan kepulangan kali ini... Banyaaakk hal baru yang siap kamu sapa untuk diramu jadi cerita hidup yang nggigit, gunakan pensil terbaik untuk hasil lukisan yang baik pula. Dimanapun, semoga semesta berkonspirasi dengan selaksa asa. Gusti Allah Maha Baik, jika terasa sulit ada "Mudahkanlah", jika masih terasa sulit, maka "kuatkanlah" :)

Take good care... Cepat atau lambat, aku juga pasti akan pulang :')

-Bukan surat wasiat-

Thursday, March 21, 2013

Peluk

Rasanya tak jauh beda dengan tamparan-tamparan sebelumnya. Tapi, saat itu terasa masih sangat pagi untuk menerima sebuah teguran dari atasan. Jari-jemariku mulai bergetar setelah duduk lemas di kursi kerjaku. Segelas air putih seketika habis kuteguk. Arah pikirku tak bertujuan, entah kemana.

Aku ingin segera pergi, sementara tak ingin berada di bangunan di mana aku kena marah pagi itu, karena aku paling takut dengan kemarahan. Namun, dayaku hanya sampai pada menahan tangis, meremas ujung bajuku sendiri, mencari pegangan untuk tanganku, dan kosong...

Aku tak terbiasa untuk menceritakan apa yang terjadi padaku, menuturkan dengan gerakan bibir, atau menguraikan dengan rangkaian kata. Aku butuh ketenangan, dengan caraku sendiri, dengan tidak serta merta menangis penuh adu karena aku tak mau meneteskan air mata di hadapan siapapun. Aku hanya ingin memberitahu apa yang ingin kuberitahu tanpa memaksamu untuk tahu...

Aku menahannnya, tangisan itu. Hingga sesak memenuhi hati...

Aku ingin segera bertemu denganmu, sayang...

Aku ingin segera pulang untuk memeluknya, untuk mendapat balas peluknya, dan tetap menyembunyikan tangisku karena aku tak berani berwajah sembab di depan matanya.

Aku tak kuasa untuk menapak lama di tempat itu. Aku beranjak meninggalkan meja kerjaku mencari sesuatu yang mampu menenangkan. Aku mesrai kalam Tuhan, tapi tangisku semakin menjadi. Aku mencoba mengabaikan segala suara yang terdengar dari imajinasiku sendiri, menyibukkan lidahku dengan nama Sang Pencipta, mencoba mengosongkan hatiku dari segala penyakitnya... Tolong aku, Tuhan...

Aku tak sabar untuk segera memelukmu...

Akhirnya langkah kakiku menuju padanya. Aku pulang membawa segenggam senja. Langkah kakiku selalu ringan menuju rumah.

Dia tengah tidur pulas. Wajahnya indah dengan guratan lelahnya. Aku melingkarkan tanganku ke tubuhnya, menenggelamkan wajahku di belakang tubuhnya, menangis di punggungnya. Aku merasa semakin tenang... Ketenangan yang aku dapat dari tubuh yang menghangatkan, tanpa aku harus bertutur. Aku hanya butuh waktu untuk mengembalikan selaksa ketenangan di hatiku. Percayalah, aku pun tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan...

Terima kasih, putri kecilku...

Jelajah Endonesa

Mempunyai kawan se-almamater di kota rantau itu senang rasanya. Ingin bertemu sekedar mengenang kenangan, atau menambah kicauan berita terkini pastinya pun menyenangkan. Meski sempat batal di akhir pekan yang udah lewat, setelah pilih-pilih tempat yang diobrolkan via grup watsap (yang namanya sungguh aneh *ROTFL) hari sabtu, final choice adalah kita akan menjelajah nusantara esoknya. Harus jadi :D

17 Maret pagi, aku harus tolak arah dari tujuan destinasi, dari Ciputat ke Cinangka dulu sebelum melaju ke Jakarta Timur, demi membangunkan ndoro Ecy. Setelah beberes dari wajah kasurnya dan setelah lamaaaa nungguin dia rapi, 9 lewat 20 menit kita berangkat menuju tempat dating.

Pukul 10 tepat, aku update posisi dua teman yang lain di grup WA. Aku en Ecy masih di daerah Cilandak, Syahpaah (sapaan ini muncul karena dia sukaaa banget nyebut nama Syahrini, jadilah disandangkan padanya, haha) juara pertama nyampe' di TKP, dan Rosalia (yang ini karena Ecy susah mengingat nama Rosanti sebelum bertemu dengannya) masih di Semanggi, Hahaha...

Akhirnya 10 lewat 15 aku en Ecy nyampe' juga di TKP. Setelah muter-muter bentar kenalan sama medan, kita nyamper Syahpaah yang masih sama tukang ojeknya di salah satu warung makan. Nasi goreng yang ga begitu enak di mulut jadi lumayan di perut karena lapar. Obrol ngalor-ngidul sambil nunggu Kak Ros. nyampe' jelang dzuhur, pas panas-panasnya matahari, Kak Ros datang pukul 11 lewat 30 ! :D

Setelah nyamper ke depan, kita balik lagi ke tempat makan, nemenin makan yang baru datang. Setelah sholat, kita pun mulai destinasi. Pikir-pikir nyewa gerobak yang mahal buat sejam doang, kita pilih sewa satu motor pelengkap buat mengelilingi negeri.

Yes, here we are at Taman Mini Indonesia Indah hhahaha...

Tujuan utama adalah mencari spot cantik untuk foto-foto, selebihnya hanya syarat pelengkap, sebatas mengelilingi nusantara, kita aku sampe lupa di anjungan mana saja kita mendarat.. haha :D Meski niatan naik skylift batal karena takut keburu hujan.

Bulan depan semoga kita ketemu lagi dengan nambah personil dan di tempat yang lebih cozy...

inilah beberapa penampakannya ^^v
first together' pict
eh, maap2,, kok yang ke-upload yang tampak belakang hhaha

Sunday, March 3, 2013

Oh, Janji...

hasil googling
Buat apa berjanji kalau untuk diingkari?! >> lha iki! 

Janji, sebuah kesepakatan yang dimiliki seorang diri atau beberapa kepala yang setuju untuk memegang apa yang telah disepakati. (wah, ribet ngomonge) 

Sebuah janji itu sangat sangat sangat bahaya menurutku. Saat terlanjur memegang janji dan tak ditepati, yang akan hadir adalah rasa nyeri di hati orang lain atau kekecewaan alam semesta yang ikut serta memperjuangkan ketepatan sebuah janji. Bisa jadi, diri kita sendiri tersakiti atas pengingkaran janji sendiri, sebelum akhirnya mampu berdamai dengan keadaan.

Tak perlu menyertakan kata ‘janji’ di setiap kesepakatan. Seringkali, kita mengucap suatu hal yang entah ada di bawah sadar kita atau tidak, yang mungkin dianggap sebagai janji oleh orang lain. Like this>> “Besok aku ke rumah kamu, ya?”, “Berangkat jam 12, ya?”, dan lainnya. Saat kita berkata seperti itu dan menganggap itu bukanlah suatu hal yang penting, bagi lawan bicara kita bisa jadi merupakan hal yang harus terjadi. 

Dulu sebelum aku sedikit pandai mengerti karakter orang, saat usiaku belum mencapai belasan, aku pernah kehujanan sampai menggigil di penantianku menunggu kawanku saat bermain hanya karena dia meninggalkanku ke satu tempat yang lain dengan berkata, “Tunggu di sini sebentar, ya?”. What a stupid i am! Aku menunggunya sampai lebih dari satu jam, sampai aku tidak mempedulikan diri sendiri, dan lebih khawatir sesuatu terjadi pada temanku. Karena saat itu kami belum mempunyai alat komunikasi canggih seperti jaman sekarang ini, keberadaannya pun susah dilacak. Aku mencarinya tak jauh dari tempat dia memintaku untuk menunggu karena aku menganggap permintaan tunggu sebentarnya itu sebagai janji yang harus aku tepati. 

Setelah kejadian itu, aku bukan tumbuh sebagai orang yang kemudian acuh pada janji, tapi aku semakin mengharuskan diri untuk menepati janji dan lebih berhati-hati dalam berjanji. Alangkah baiknya, sebelum kita berjanji, kita pikirkan lagi dan menanyakan lebih jauh pada kata hati, sebelum akhirnya sebuah janji teringkari dan menyakiti hati. Meskipun memang ana urid wa anta turid wa lakinnAllah ya’malu ma yurid, kita bisa meminimalisir kejadian-kejadian buruk yang disebabkan ulah kita sendiri. 

Barusan baca tweet dari @TipeDarah, dia bilang, diamnya A sama sekali tidak mengindikasikan bahwa mereka lupa. Mereka pengingat sejati, hanya menunggu saat yang tepat. Ini bukan pembelaan diri biar menang sendiri dan tak terkalahkan, tapi yaaa... dengan karakter seperti ini jangan salahkan saya kalau tiba-tiba jadi superbete karena janji yang dikhianati. Hahaha... 

Yah... tapi saat luapan emosi hadir karna janji tak mampu ditepati, aku tidak boleh berlama-lama dalam fikiran negatif. Banyak kemungkinan yang mengakibatkan janji tak ditepati. Pada titiknya, kita kembali dituntut menemukan hikmah dalam janji yang diingkari sekalipun.

Dan jika ada luka dan duka di hatimu karena hutangku yang tak terbayarkan atau janjiku yang tak tertunaikan, aku minta maaf dari hati yang paling dalam, yang terdalam...

Tuhan sudah ajarkan, "wa laa taquulanna li syai-in innii faa'ilun dzaalika ghadan illaa an yasyaa-a Allah.." (al-kahf, 23-24). Ayo lebih bijak dan hati-hati lagi.