Sunday, March 3, 2013

Oh, Janji...

hasil googling
Buat apa berjanji kalau untuk diingkari?! >> lha iki! 

Janji, sebuah kesepakatan yang dimiliki seorang diri atau beberapa kepala yang setuju untuk memegang apa yang telah disepakati. (wah, ribet ngomonge) 

Sebuah janji itu sangat sangat sangat bahaya menurutku. Saat terlanjur memegang janji dan tak ditepati, yang akan hadir adalah rasa nyeri di hati orang lain atau kekecewaan alam semesta yang ikut serta memperjuangkan ketepatan sebuah janji. Bisa jadi, diri kita sendiri tersakiti atas pengingkaran janji sendiri, sebelum akhirnya mampu berdamai dengan keadaan.

Tak perlu menyertakan kata ‘janji’ di setiap kesepakatan. Seringkali, kita mengucap suatu hal yang entah ada di bawah sadar kita atau tidak, yang mungkin dianggap sebagai janji oleh orang lain. Like this>> “Besok aku ke rumah kamu, ya?”, “Berangkat jam 12, ya?”, dan lainnya. Saat kita berkata seperti itu dan menganggap itu bukanlah suatu hal yang penting, bagi lawan bicara kita bisa jadi merupakan hal yang harus terjadi. 

Dulu sebelum aku sedikit pandai mengerti karakter orang, saat usiaku belum mencapai belasan, aku pernah kehujanan sampai menggigil di penantianku menunggu kawanku saat bermain hanya karena dia meninggalkanku ke satu tempat yang lain dengan berkata, “Tunggu di sini sebentar, ya?”. What a stupid i am! Aku menunggunya sampai lebih dari satu jam, sampai aku tidak mempedulikan diri sendiri, dan lebih khawatir sesuatu terjadi pada temanku. Karena saat itu kami belum mempunyai alat komunikasi canggih seperti jaman sekarang ini, keberadaannya pun susah dilacak. Aku mencarinya tak jauh dari tempat dia memintaku untuk menunggu karena aku menganggap permintaan tunggu sebentarnya itu sebagai janji yang harus aku tepati. 

Setelah kejadian itu, aku bukan tumbuh sebagai orang yang kemudian acuh pada janji, tapi aku semakin mengharuskan diri untuk menepati janji dan lebih berhati-hati dalam berjanji. Alangkah baiknya, sebelum kita berjanji, kita pikirkan lagi dan menanyakan lebih jauh pada kata hati, sebelum akhirnya sebuah janji teringkari dan menyakiti hati. Meskipun memang ana urid wa anta turid wa lakinnAllah ya’malu ma yurid, kita bisa meminimalisir kejadian-kejadian buruk yang disebabkan ulah kita sendiri. 

Barusan baca tweet dari @TipeDarah, dia bilang, diamnya A sama sekali tidak mengindikasikan bahwa mereka lupa. Mereka pengingat sejati, hanya menunggu saat yang tepat. Ini bukan pembelaan diri biar menang sendiri dan tak terkalahkan, tapi yaaa... dengan karakter seperti ini jangan salahkan saya kalau tiba-tiba jadi superbete karena janji yang dikhianati. Hahaha... 

Yah... tapi saat luapan emosi hadir karna janji tak mampu ditepati, aku tidak boleh berlama-lama dalam fikiran negatif. Banyak kemungkinan yang mengakibatkan janji tak ditepati. Pada titiknya, kita kembali dituntut menemukan hikmah dalam janji yang diingkari sekalipun.

Dan jika ada luka dan duka di hatimu karena hutangku yang tak terbayarkan atau janjiku yang tak tertunaikan, aku minta maaf dari hati yang paling dalam, yang terdalam...

Tuhan sudah ajarkan, "wa laa taquulanna li syai-in innii faa'ilun dzaalika ghadan illaa an yasyaa-a Allah.." (al-kahf, 23-24). Ayo lebih bijak dan hati-hati lagi.

1 comment: