Tuesday, December 8, 2015

Faith and the City


Hanum dan Rangga kembali mengajak pembaca hanyut dalam kisah yang dituangkan dalam novel terbarunya, Faith and the City. Philipus Brown, Azima Husein, Sarah, dan Layla kembali menemani perjalanan Hanum dan Rangga. Novel ini menyajikan sebuah teka-teki sebagai pembukanya, mengajak pembaca untuk tidak berhenti melumat kata demi kata dan lembar demi lembar.

Melanjutkan sebuah paparan akan Islamophobia, Hanum dan Rangga menyajikan kisah Faith dan Alex yang membuat pembaca ikut tergerus emosinya, antara kesal, haru, dan bahagia. Teka-teki yang disuguhkan sangat rapi dan tentu saja membuat pembaca semakin bertanya-tanya tak sabar menemukan jawaban dalam setiap lembarnya.

Cerita tentang Faith menyuguhkan betapa dunia merupakan kumpulan puzzle yang satu saja bagiannya hilang akan membuat sebuah gambar tak dapat ditangkap pesannya. Sehebat apapun disembunyikannya sebuah kebohongan, kebenaran akan selalu bersemayam pada tempatnya.

Novel ini lebih terasa romantis dari novel-novel sebelumnya. Melalui kisahnya, Hanum dan Rangga berupaya menuturkan betapa dalam sebuah pernikahan membutuhkan sebuah kepercayaan satu sama lain. Dalam cobanya di kehidupan dunia, seringkali tujuan pernikahan dipertaruhkan dengan tujuan jiwa berbelut keegoisan. Seringkali manusia dicoba dengan godaan ambisi akan gelimang harta, kekuasaan, bahkan pujian dan kebanggan sekalipun. Lamaran Cooper kepada Hanum dengan iming-iming karir yang dalam sekedipan mata bisa melejit, bersamaan dengan kejar pening disertasi Rangga yang harus diselesaikan, merupakan awal kisah rumah tangga jembatanAzima terkoyak. Betapa kuatnya kepercayaan yang dibangun Hanum dan Rangga atas nama kesabaran, ketulusan, dan cinta yang dipupuk membuat mereka kembali memperjuangkan tujuan kebersamaan mereka dalam kisah klimaksnya.

Atas nama semua iming-iming dunia seorang muslim tak ubahnya manusia yang menghamba pada dunia yang tak abadi, jika tidak diimbangi dengan kekuatan iman yang bertambah dan berkurangnya bisa juga disebabkan oleh orang lain. Faith and the City mengingatkan kita betapa hebatnya kita dalam berkarya, betapa menyilaukannya gemerlap kota, semua itu tidak mungkin kita gapai tanpa kuasa Allah yang selalu Mendengar doa yang dirapal dan Melihat usaha yang diperjuangkan.

Dan tahukah kalian, mba Hanum dan mas Rangga? Pesan religi yang kalian suguhkan dalam novel, yang diperjelas melalui epilog sungguh menusuk jiwa. Matur nuwun, matur nuwun sanget...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (QS. Maryam: 96)

Aku sudah tidak sabar menunggu karya-karyamu selanjutnya.

Thursday, March 5, 2015

surat untukmu

Aku fikir semakin waktu berlalu aku bisa tak mengambil sedetikpun untuk mengingatmu. Seiring putaran waktu, aku kira aku bisa tak lagi melihatmu dalam setiap susunan kata.

Namun ternyata tidak. Semua itu tak semudah yang kufikirkan.

Semakin waktu berlalu, justru aku semakin mengingatmu. Semakin lama, semakin aku tak kuasa melupakanmu dan semakin dalam kerinduanku.

Bagaimana bisa aku meninggalkan semua tentangmu sementara kau masih saja selalu bersemayam, enggan hilang.

Meski kau benar-benar tak lagi berwajah nyata di hadapku, ternyata aku tak benar-benar melepasmu.

Bagaimana kabarmu? Bolehkah aku tahu seberapa bahagianya kau kini?