Monday, October 22, 2012

Kamu, Bukan?

Sore tadi hujan, tapi tak lama. Sinar matahari masih sayup dan tidak -dibilang- menyilaukan. Aku melihat pelangi dari jendela kamar. Setengah lingkaran. Cantik. Indah. Mempesona. Hingga mencipta senyum manis dengan garis bibirku. Aku senang walau sekedar menikmati parasnya, tanpa mampu mendekat dan meraih. Aku terpesona. Sungguh.

Kemudian hilang. Membekaskan siluet warna di mataku sendiri. Aku kembali menikmati hangat matahari. Masih terbayang pesona pelangi, masih terasa kedamaian di hati karena pesonanya.

Aku tak membenci pagi. Kembali menatap hari, bersapa dengan matahari.

Aku tak patut membenci siang. Saat terik matahari membuat peluh tak kering, matahari ada sebagai pengingat untuk menghadap Yang Penyayang.

Aku tak bisa membenci senja. Harapan esokku masih ada. Merindu matahari untuk kembali merengkuh asa.

Dia, ternyata bukan matahari. Dia hanya pelangi.

Aku maunya matahari. Berseri. Mengobati nyeri di hati. Bukan pelangi yang mampu membuatku berdiri, namun sebentar lalu pergi.

Berharap segera menemukan matahari, tapi ternyata bukan dia, bukan kamu, bukan mereka. Bukan kesalahan saat aku harus mengenal banyak orang. Someday, saat aku benar-benar memiliki matahari, i could appreciate and be grateful for them. Karena dia, kamu, mereka, adalah pelangi yang hadir di hidupku.

Mana matahariku?

No comments:

Post a Comment