Sunday, January 6, 2019

Plesiran

"Mas, semua udah siap yaa.", laporku pada suamiku setelah yakin semua bekal untuk perjalanan jauh kali ini rapi terpacking.

***
Kami berdua punya hobi tamasya sejak belum kenal dan menikah.

Tapi sekarang apa yang spesial?

Dulu sebelum menikah, aku sering tamasya bersama teman untuk kepuasan sendiri, koleksi foto diri, sebagai bukti pernah ke sana-sini dan makan itu-ini. Alih-alih biar ga ada yang bilang, "Kurang piknik."

Setelah menikah, tamasya bersama suamiku tidak sekadar memperbanyak foto dan enak kulineran. Seperti saat kami mampir Kudus dalam perjalanan mudik. Aku melihat menu makanan soto khas Kudus dan heran kenapa tidak ada soto daging sapi. Maka suamiku ceritakan sejarah Sunan Kudus dan sapi. Melihat aku manggut-manggut, ia meledek, "Makanya jangan asal piknik aja. Harus sambil belajar biar ga kagetan."

Banyak pelajaran yang aku dapatkan setiap tamasya, plesiran bersamanya. Memahami perubahan, persamaan, dan perbedaan satu daerah dengan yang lainnya.

Selain mengajakku sowan ke ndalem Kiai di daerah yang kami tuju untuk ngangsu kaweruh, terkadang kami mengunjungi makam ulama' penyebar agama Islam. Pernah ia berujar setelah cerita bahwa ulama' yang kita kunjungi makamnya itu adalah seorang pendatang, "Orang jaman dulu juga suka plesiran. Coba kalau ga, bisa jadi daerah ini belum tentu jaya Islamnya. Nah, ini plesiran yang ga pulang tapi manfaat. Kalau Mas plesiran sendiri ya harus pulang, karena ada Denok di rumah." candanya. Merenungi hikmah plesiran.

***
Plesiran kali ini adalah yang paling jauh dari yang sudah-sudah. Setelah perjalanan panjang akhirnya kami sampai di penginapan, ingin segera istirahat karena sudah tengah malam.

Sebelum istirahat, kami hendak shalat. Aku cek arah barat dengan kompas kemudian menggelar dua sajadah depan-belakang.

"Denok udah cek arah kiblat?". tanyanya, aku mengangguk.

"Kalau sekarang shalat menghadap barat, justru kita membelakangi kiblat. Itu ada tanda arah kiblat." katanya sambil menunjuk sebuah tanda.

Ia tersenyum lebar, menertawakan kebodohan istrinya mungkin. "Nah, ini juga hikmah plesiran."

Spesial, kan?!

No comments:

Post a Comment