Saturday, January 5, 2019

Cande Olo

Dulu, orang sepuh selalu marah melihat anaknya masih bermain di luar rumah saat cande olo muncul. Semua mencari anak-anaknya, digertaknya mereka untuk pulang lalu mereka gandeng anak-anaknya meninggalkan area bermain sambil mengomel.

Aku mengintip dari jendela, menertawakan teman-teman yang lewat depan rumah, diomelin. Bukan karena aku anak baik yang sadar dengan sendirinya untuk pulang sebelum sore hilang, tetapi lebih karena tidak ingin kena omelan Bapak. Serem.

Saat cande olo muncul, kegiatan di luar rumah harus berhenti. Semua harus bersiap dengan sarung dan mukenanya menuju surau desa menunggu waktu Maghrib. Meski sesampainya di surau anak-anak akan bermain lagi. Hal itu dimaklumi, asal mereka bersiap sembahyang.

Rutinitas itu berlangsung bertahun-tahun pada masa kecil kami sehingga kami selalu ngeh pada cande olo, seolah menjadi alarm bagi kami untuk mengakhiri semua kegiatan hari itu dan menyambut malam dengan sembahyang mengaji.

Namun, ribuan hari dari rutinitas masa kecil itu dan ribuan kilometer dari surau desa kami, aku seringkali tertahan dalam keramaian orang yang  berebut giliran masuk KRL saat cande olo menyapa.

Semua orang ingin cepat pulang, setelah menerima panggilan elektronik dari sang Mama atau panggilan batin tangisan buah hati. Memang sudah waktunya pulang setelah bekerja seharian.

Aku rindu cande olo ribuan hari lalu saat semua dijemput pulang dengan omelan agar cepat menuju surau. Bukan cande olo kini yang semua saling lempar amarah berhimpitan di antara keringat bau.

Pada akhirnya, kami menyadari bahwa omelan yang dulu kami terima bukan sekedar amarah tetapi bekal menjalani kehidupan masa depan. Cande olo, menjadi waktu pertemuan antara siang dan malam. Bukan karena akan ada Buto Ijo datang sebagaimana Ibu temanku menakut-nakuti anaknya dulu, tetapi agar kita bergegas pulang takut terlewat waktu Maghrib yang singkat.

Maka, apalah makna kehidupan singkat ini jika kita tidak niatkan ibadah semua perbuatan dalam sehari yang kita habiskan di luar rumah?

Lamunanku terbuyar saat seorang teriak tepat di telingaku, "Wooii.. dorong terus geser ke dalem!"

No comments:

Post a Comment