Tuesday, January 1, 2019

Bebas

Subuh tadi, suara yang terdengar dari pengeras suara mushala membuat resah semua orang. Bukan karena jeleknya suara dari pengeras suara yang telah tua usianya, namun suara dari pengajian ba'da subuh yang terdengar menggebu-gebu dan memekikkan telinga.

"Mulutnya terlalu dekat dengan mic." ujar salah seorang jama'ah.

"Bicaranya sambil teriak. Di sawah juga kita ngomong biasa aja ga usah teriak." sambung yang lainnya. Kesal.

"Sudah... nanti kita sampaikan saja ke pengurus mushala. Pak Ustadz itu isi ceramahnya bagus, tapi penyampaiannya saja yang kurang cocok dengan masyarakat desa kita." seorang bijak menenangkan.

Sebebas-bebasnya kita boleh berbicara dan berperilaku, ternyata ada aturan yang harus kita perhatikan. Ada adab yang telah diajarkan turun temurun sebagai resep bersinggungan dengan sesama.

Melalui kalam-Nya dan dawuh utusan-Nya semestinya kita bisa mengejawantahkan pedoman hidup. Jika belum mampu memahami semua dawuh, banyak sekali Kiai dan guru-guru yang dari mereka kita bisa ngangsu kaweruh agar bisa paham lakon urip harus seperti apa.

Kita hidup bebas, lepas, terserah, namun bukan berarti tak terarah, bukan tak beraturan. Ada batas-batas yang tidak boleh kita lewati dan selalu ada tali temali untuk pegangan kita saat kita terlalu lepas berlari.

Jadi, kita bisa 'bebas' untuk beberapa hal, bukan semua hal.
Mau piknik kemana kita? Bebas.
Mau makan apa? Apa aja.
Shalat Subuh dijama' aja yaa? Terserah. Nah... ga bisa bebas kan? wkwk

Ingatkan saya yaa kalau saya terlalu lepas.
waAllahu a'lam.

No comments:

Post a Comment