Mungkin tulisan ini biasa saja, seperti biasanya Gibran bin Jokowi bilang. Bisa jadi tulisan ini ga penting, karena bukan masalah yang genting. Tapi yaudah lah, aku coba.. untuk berdamai dengan diri sendiri, menguatkan diri sendiri, yaa.. bela hati sendiri. wkwk
Pernah ga kamu merasa orang-orang di sekitar menanyakan suatu hal yang sama dan berulang-ulang? Aku pernah. Sering. Tahu kan pertanyaan tentang apa? Tentang masa depan yang aku susun... tapi belum terwujud.
Awalnya, merasa sangat terganggu. "Urusan kamu apa?" Hingga suatu saat Allah kasih lapang hati untuk menyadari dan aku bisa mencoba husnuzhan bahwa tujuan mereka baik dan itu adalah suatu bentuk perhatian. Dari yang "Apaan banget, sich" sekarang alhamdulillah sudah semakin santai dengan mengamini 'harapan gek ndang' dari mereka. Meskipun kadang masih yang aduh. Amini saja, Ad-du'a bir-Rumuuz kalau kata Pak Kiai.
Siapa yang ga mau mewujudkan keluarga yang penuh kebahagiaan? Suami yang selalu membersamai setiap hari, anak-anak yang menyemarakkan rumah, tentu saja aku ingin. Lebih-lebih saat melihat kebahagiaan yang dishare kawan-kawan seumuran, kebahagiaan bersama keluarga kecilnya. Iri? Iya. Tapi belum waktuku. Bukan karena ga mau, bukan juga karena banyak cincong. wkwk
Pernah suatu waktu sampai pada titik kenapa belum juga? Aku harus bagaimana?
Kemudian Sang Guru menenangkan; sabar, terus minta, perbaiki diri, tawakkal.
Karena kapan yang ini, tidak semudah menjawab:
1. Kapan mau makan seblak?
2. Kapan mau nonton minion?
3. Kapan mau beli cireng?
Yaudah, kapan yang ini dibawa santai tapi serius aja.
Etapi sekarang lebih terbebani saat ditanya kapan sidang tesis dari pada kapan nikah. wkwk
No comments:
Post a Comment