Dear, Dewi...
Malam ini, aku
ingin sejenak melayangkan kenangan pada satu masa. Masih sangat jelas terbayang
bagaimana kekenesanmu dulu. Gadis cilik berrambut panjang dan hitam lebat.
Menjadi teman yang menyenangkan sejak
kecil.
Teman sebangku
sejak memasuki kelas pertama di Sekolah Dasar hingga di bangku kelas enam.
Dulu, kamu sering membisikiku jawaban saat Ibu guru di kelas satu membuat
teka-teki baca. Yap, aku tak secepat kelihaianmu membaca saat kelas satu dulu.
Sejak itu, tanpa kita sadari, kita saling mensupport, beriringan dalam prestasi
belajar.
Oh ya, dulu kita
pernah membuat masalah saat masih di kelas satu (sebenarnya aku yang
bermasalah, hehe). Suatu hari, saat kita berdua selesai mengerjakan ujian, kita
pun keluar kelas, bersama beberapa teman lainnya. Ada seorang teman laki-laki
yang jail mengejek kita, membuatku naik pitam, melayanglah batu kecil dari
tanganku ke arah teman kita, kemudian darah pun menetes dari keningnya karena terkena lemparan batu, hihi..
Masih ingat kejadian itu kah? :D
Masa kecil kita
yang dibayangkan sekarang ini, ternyata lucu, juga wagu dengan aroma cinta
monyet, nge-gank, dan hal-hal lain yang terasa konyol saat ini. Ah, enam
tahun rasanya terlalu singkat jika diulang dalam semalaman. Banyak kenangan, yang
tentunya tak mudah dilupakan.
Kau adalah
Sang Dewi...
Perjalanan studi
kita berbeda saat lulus dari Sekolah Dasar. Aku haru berpindah kota, dan kamu
tetap bertahan di kota kita. Sesekali kita membuat janji bertemu saat aku
pulang ke rumah, sekedar bertukar cerita, pengalaman, dan kembali saling
memupuk harapan kesuksesan.
Dan kau masih
Sang Dewi...
Pada saatnya,
kita naik jenjang pendidikan, menjadi siswi berseragam putih abu-abu. Aku
bertahan di kota rantau dan kamu bertahan di kota kita. Aku senang saat kamu
bercerita telah memakai jilbab di Sekolah Menengah Atas...
Surprise yang aku
terima darimu pada masa putih abu-abu adalah saat kamu datang ke sekolahku dan
masih berseragam sekolah. Membingkiskan sebuah kado ulang tahun untukku, sebuah
jilbab. Saat itu kamu bilang, jangan dilihat dari fisik jilbabnya karena jilbab
yang kamu berikan padaku bukanlah baru, tapi jilbab itu adalah yang kamu beli
pertama kali dengan uangmu sendiri. Aku sangat senang, it’s really
appreciated :)
Di akhir
perjalanan putih abu-abu, jiwaku
terjatuh atas kepulangan Bapak dulu. Kamu datang dengan Mama, memberikan
senyuman penyemangat, bahwa aku tak boleh larut dalam kesedihan, life must
go on... sangat membahagiakan menjadi sahabatmu...
Kita kembali
meneruskan perjuangan masing-masing di bangku kuliah. Aku semakin menjauhkan
raga dari kota kita, dan kamu move on dari kota kita juga akhirnya,
hehe... komunikasi kita masih berjalan via sms, sosmed, walaupun kita sudah
jarang bertemu.
Kau tetaplah
Sang Dewi...
And look now... Kamu sudah lulus kuliah dengan ijazah
strata satu dan menjadi seorang yang digugu dan ditiru, satu langkah
lebih dulu dariku. Kemarin aku baru saja menyusun rencana ingin menyambangimu
ke Purbalingga, tempatmu mengajar,
sambil ngupret berwisata, hehe, ternyata kamu sudah tak lagi di
sana, dan kembali ke kota kita... Kapan terakhir kali kita bertemu? Kapan ya
kita ketemu lagi, Wi? :)
20 Februari esok, usiamu sama
denganku, setelah sebulan yang lalu aku mendahuluimu, hehehe...
 |
nyomot dari watsap haha |
Selamat ulang tahun, Sang Dewi...
Semoga sayapmu semakin kuat untuk mengepak di langit kehidupan...